Oleh: M. Ilham Mustofa
Pagi yang cerah, terliat seorang
laki-laki paruh baya mengeluarkan sepeda tuanya. baju batik motif bunga yang
melekat pada tubuhnya menabah kesan wibawa pada dirinya. Tak lama berselang ia
bergegas menaiki sepedanya seakan ingin mengeejar sesuatu.
Aktifitas dikota
yang begitu padat tak mampu menjadi penghalang baginya. Dengan semangat ia
mengayuh sepda poinix buatan tahun 72 itu.
Sesekali terdengar
suara bel kecil yang bersaing dengan suara-suara klakson dan
“Kring……kring…..kring………”
Tiga puluh menit
mengarungi jalan, akhirnya ia sampai disebuah sekolah. Walaupun tak begitu
besar sekolah itu terlihat bersih , beberapa sisiwa juga terlihat sudah datang.
“Assalamualaikum….pak…selamat
pagi “ sapa seorang siswa sambil mencium tanganya.
“walaikum
salam….doni….selamat pagi juga” jawab sang guru dengan ramah sembari
senyum.
******
Disuatu rumah terdengar suara
laki-laki dan perempuan sedang berdebat hebat. tak tahu apa yang menjadi
latar belakang masalahnya. Namun pertengkaran itu telah membuat suasana pagi
menjadi panas.
“semalam
ada metting di kantor, kan sudah
kubilang..,,!!!” ucap laki-laki yang berparas tampan, dengan tensi agak tinggi.
“ Metting
kok sampai larut malam……….!!” Balas perempuan yang seakan tak ingin mengalah
dalam perdebatan itu.
Belakangan diketahui bahwa itu adalah keluarga Handono, memang
dilihat dari perekonomian, keluarga itu bisa dibilang kaya, namun sering sekali
bertengkar.
Pak handono adalah seorang manager
perusahaan suwasta. ia sangat mahir dalam berbisnis sehingga prestasinya
pun sangat banyak. Atas raihan prestasinya itu ia diangkat oleh dewan direksi
perusahaan menjadi salah sau manager tingkat tinggi perusahaan.
Sementara istri Pak Handono bernama Ibu Fitria yang selalu sibuk
dengan butiknya. Ibu Fitria adalah lulusan sekolah tata busana di Paris,
sehingga ia memutuskan untuk menitikarir di dunuia fashion dan mendirikan butik.
Pada mulanya keluaga tersebut rukun-rukun saja, namun belakangan
ini terjadi perselisihan yang sangat serius. Dan hal tersebut berimbas pada
Rachel, satu-satunya putra mereka.
Perceraian kedua orang tuanya sangat memberikan tekanan bagi
Rachel. Bahkan ia sampai sakit-sakitan dan jarang masuk sekolah.
*******************
Di dalam kelas terdengar suara guru menerangkan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan,
“Pancasila
dibuat sebagi dasar negara kita buka tanpa sebab, sila-sila yang tercantum didlamanya memiliki
makna-makna yang mendalam yang mencerminkan kehidupan kita sebagi warga dan
negara yang baik“, suara
sang guru mendominasi kelas.
“apa
saja pak makna yang terkandung....?” Tanya salah satu siswa kepada sang
guru
“ sila
pertama apa….?” Jawab sang guru dengan pertanyaan balik kepad siswa yang
bertanya tadi.
Dengan
serempak semua sisiwa menjawb “Ketuhanan yang Maha Esa…….”
“Iya…tepat
sekali, itu memnandakan bahwa kita sebagai warga negara harus mempunyai iman
kepad tuhan, walaupun agama yang ada dalam negara kita banyak, namun arti dalam agama tersebut adalah kita
diperintahkan untuk beriman kepada tuhan“, sambung sang guru dengan
memeberikan penjelasanya.
Waktu menunjukan pukul 12.00 WIB kegiatan belajar mengajar telah
usai, namun sang guru belum membubarkan kelas. Terlihat sang guru bermusyawarah
dengan para siswa, mereka merencanakan untuk mengunjungi Rachel yang sedang
sakit dan tidak bisa masuk.
“Kita
nanti ke rumah Rachel naik sepeda bersama-sama, berangkat dari sekolah setelah
pelajaran ini usai ya…”, sang guru memberikan penjelasan tentang rencana
besuknya ke rumah Rachel.
“Iya
pak….” Teriak para siswa serempak.
Tak ingin membuang-buang waktu mereka bergegas menuju rumah Rachel,
perjalanan ke rumah Rachel membutuhkan waktu 30 menit karena keadaan kota yang
ramai kendaraan berlalu lalang, namun itu tak memebuat surut semangat mereka.
Setiba di rumah Rachel, Rachel terkejut melihat teman-teman dan
gurunya datang membesuknya, dia tak menyangka kalau teman-teman beserta gurunya
bakal berkunjung.
Dalam kunjunganya tersebut sang guru memberikan motivasi kepada
Rachel, untuk selalu sabar dan tabah, dalam menghadapi ujian Tuhan, ia juga
mendoakan Rachel supaya lekas sembuh sehingga bisa sekolah lagi agar tidak
ketinggalan pelajaran.
Melihat keadaan keluarga Pak Handono, guru tersebut merasa
prihatin, dan mencoba membantu dengan memeberikan penjelasan terkait dampak
perceraian terhadap Rachel. Akhirnya Pak Handono dan Ibu Handono memutuskan
untuk rujuk kembali, demi anak mereka.
Beberapa hari kemudian Rachel pun sembuh, dan kembali bersekolah
sebagaimana sebelumnya. Rachel pun berterimakasih pada gurunya karena telah
menyatukan kedua orang tuanya. “Guruku yang terbaik” tulisan yang
tertera dalam buku diary Rachel. Dan Rachel pun selalu mengormati gurunya.