Oleh: Elok Viola Al-Insani
Setiap
hari Wanda selalu terlambat datang ke sekolah. Ia selalu mendapat hukuman
karena keterlambatannya itu. Pagi ini pun sama, jam sudah menunjukkan pukul
06:30 tapi dia tak kunjung bangun dari tidurnya. Beruntungnya ibu Wanda setia, setiap hari membangunkan Wanda walaupun
terkadang ibu Wanda jengkel karena ia susah dibangunkan.
“Wanda… bangun
nak, sudah jam setengah tujuh..?” Suara itu membangunkan Wanda yang tengah
asyik dengan tidurnya. Wanda melirik jam dinding dengan mata yang masih
mengantuk. Pukul 06:30. Segera saja ia tersentak kaget.
“Ibu kenapa
tidak membangunkan aku dari tadi ?” Wanda menggerutu.
“Ibu sudah
membangunkanmu sejak jam lima tadi Wan, tapi kamunya nggak mau bangun”
“Aku pasti
terlambat lagi bu”. Dengan wajah yang masam Wanda bergegas mandi. Mempersiapkan
diri dengan secepat mungkin karena dikejar waktu. Tepat pukul 07:00 Wanda
berangkat dengan tergesa-gesa.
Untuk yang kesekian kali wanda
telambat lagi. Masing-masing kelas sudah berdiri guru-guru yang siap memberikan
ilmu untuk murid-muridnya. Antara ragu dan yakin Wanda mengetuk pintu kelasnya.
“Assalamua’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”. Pak Parno menjawab salam Wanda. Semua
mata tertuju pada Wanda.
“Maaf pak, saya
terlambat lagi” .
“Kenapa kamu
sering terlambat ?” Tanya Pak Parno.
“Saya bangun
kesiangan pak” wajah Wanda menjawab dengan tertunduk malu.
“Jangan di
ulangi ya Wanda, biasakan diri untuk bangun pagi”
“Iya pak”
“Ya sudah,
sekarang duduklah”
Pagi yang melelahkan bagi Wanda. Ia
harus bersiap-siap dengan tergesa-gesa karena dikejar waktu, ditambah lagi Pekerjaan
Rumah(PR)nya tertinggal dirumah. Hari-hari Wanda selalu demikian. Walaupun
sudah dinasehati ibunya, tetap saja wanda tidak berubah.
Ternyata yang membuat Wanda menjadi
tidak disiplin adalah karena pengaruh teman bermainnya. Setelah pulang sekolah
ia bermain sampai sore dengan teman-temannya.
Siang
ini Galang mengajak Wanda untuk menonton pertunjukkan. “Wanda… nanti ada
pertujukkan sirkus, aku dan Rendy mau melihat pertunjukkan, kamu mau ikut kan
?”
“Benarkah..? Wah pasti seru, aku ikut Lang.”
Mereka
pun berangkat bersama-sama tanpa pulang dahulu ke rumah. Mereka berangkat
dengan menggunakan sepeda. Di tengah perjalanan wanda bertemu dengan ibunya
yang kebetulan pulang dari pasar.
“Lho…
sedang apa kamu disini nak.?” Wanda merasa takut. Dia tak menyangka akan
bertemu ibunya disini.
“Maaf bu, tadi
kami berencana melihat pertunjukkan,”
“Seharusnya kamu
pulang dulu Wan, jangan langsung pergi bermain”
“Iya bu”
“Sekarang ayo
pulang dulu sama ibu. Rendy sama Galang nonotonnya berdua saja ya, Wanda ibu
ajak pulang dulu”
“Iya bu”
serentak Rendy dan Galang menjawab.
Sesampainya dirumah Wanda dinasehati
ibunya untuk tidak terlalu banyak bermain.
“Jangan terlalu
banyak bermain nak, apalagi tanpa pamit sama orang tua. Oh ya, ada lagi. kamu juga
sering terlambat ke sekolah karena bangun kesiangan. Melihat TV juga
jangan sampai larut malam. Akibatnya kamu susah dibangunkan dan PRmu
ketinggalan.”
“Iya bu,,
maaf”. Wanda merasa bersalah kepada ibunya dan dirinya sendiri. Tidak
seharusnya dia bandel. Selama ini selalu tidak disipilin mengerjakan sesuatu.
Kini ia berjanji untuk menjadi anak yang rajin bagi ibu dan dirinya sendiri.
Pagi ini Wanda bangun jam lima
tepat. Ia sholat subuh kemudian bersiap-siap berangkat sekolah. Pukul setengah
tujuh ia sudah berada dikelas. Menunggu Pak Parno masuk dan menyampaikan
ilmunya.
Teeeet…
teeeeet… teeeet…
Bel
tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi. Pak Parno masuk kelas dengan sumringah.
“anak-anak hari ini kita belajar mengenai cita-cita. Kita harus punya cita-cita
sebagai tujuan hidup kita. Nah… diantara kalian pasti semua punya cita-citakan
?, bapak pun memiliki cita-cita. Seperti kata bapak soekarno, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit”.
Maksudnya adalah kita harus punya harapan yang tinggi, dengan begitu aka nada
usaha dari kita untuk meraihnya. Kedisiplinan dan ketekunan sangat dibutuhkan
untuk dapat meraih cita-cita kita”
Perkataan Pak Parno menumbuhkan
motivasi pada siswanya. Mendengar perkataan Pak Parno itu, Wanda merasa ada
semangat yang muncul dari dirinya. Mulai sekarang Wanda berjanji akan menjadi
anak yang disiplin dan tekun untuk bisa
meraih cita-citanya.[al-insani]
*) Penulis adalah mahasiswi IAINTulungagung Prodi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)